Siang itu aku mampir di supermarket dikota untuk membeli keperluan mandi dan iseng iseng cuci mata di supermarket itu, kebetulan minggu kemarn aku baru gajian sampainya di pertokoan dan habis mengambil keperluan yang aku butuhkan aku melihat lihat mainan Tamiya, yang tiba tiba aku ditabrak seorang yang mengagetkan aku.
Ternyata wanita cantik yang menabrak aku dan dia minta maaf ke padaku, aku balas dengan senyuman kira kira umur 32 tahun, saat aku mau mengambil barang bawaanku yang jatuh wanita itu juga jongkok sehingga kepalaku berbenturan dengan nya, aku pun bilang minta maaf , wanita tersebut dengan ramahnya juga membalas senyumannya yang manis.
“Sendirian Bu?” tanyaku.
Si ibu menjawab, “Sebenarnya berdua, tapi teman saya lagi ke toilet dulu.”
“Borong nih?” tanyaku lagi.
Dengan tersenyum si wanita tadi menjawab, “Ahh, nggak juga.”
Kemudian si wanita tadi bertanya lagi, “Di mana Adik tinggal?”
“Setiabudi”, jawabku dengan singkat tapi pandanganku terarah pada wajah wanita tadi.
“Oh kebetulan kita sama-sama satu arah, saya juga tinggal di Lembang,
bagaimana kalau kita sama-sama pulangnya nanti?” tanya wanita tersebut.
Saya diam saja namun dalam hati ada juga rasa senang diajak oleh wanita
cantik. Tanpa diduga wanita itu membawa barang-barangku ke kasir
sekalian dengan miliknya untuk dibayar. Di situ saya bertemu dengan
temannya yang ke toilet tadi, yang ternyata bernama Maya, usianya
sekitar 5 tahun lebih muda dari si ibu tadi. “Sudah Jeng?”, tanya Maya
ke pada ibu tadi. “Oh, sudah hanya sedikit kok.” Lalu kami pergi ke
basement untuk pulang.
Singkat cerita kami sudah dalam perjalanan pulang, ngobrol di mobil dari
kenalan sampai dengan masalah yang sangat pribadi. Ternyata si ibu
tersebut bernama Milena, mereka dari kalangan Borju yang suaminya
bekerja sebagai pengusaha yang jarang pulang ke rumah.
Hari itu kurasakan sangat indah di dalam mobil mewah bersama dua orang
wanita cantik, apalagi Maya yang memakai rok mini dan baju transparan,
sehingga BH dan pahanya jelas terlihat. Milena sambil menyetir terus
berusaha menggodaku. Tanya pacar segala. Tak terasa aku hampir sampai di
Setiabudi tapi Maya yang berada di sampingku mencegah.
“Jangan Dik, lebih baik main dulu ke villa kami di Lembang”, ajaknya, “Ntar pulangnya diantar lagi.”
Milena pun ikut nimbrung, “Iya Dik, kebetulan di rumah sepi dan juga kami butuh teman untuk ngobrol.
Milena pun ikut nimbrung, “Iya Dik, kebetulan di rumah sepi dan juga kami butuh teman untuk ngobrol.
Maya
yang mengenakan rok mini selalu bikin aku ngiler apalagi dia sengaja
menaikkan rok mininya sehingga pahanya yang putih mulus terlihat jelas.
Aroma wewangian yang dipakai oleh Maya semakin menambah indahnya
suasana.
“Dik, ngantuk nggak?” tanya Maya. Terus dia mengalihkan pertanyaannya.
“Kalau ngantuk tidur aja di sini”, sambil membuka lebar pahanya sehingga
terlihat jelas bagian yang sangat disukai oleh pria. Belum lagi aku
menjawab dia sudah menarik kepalaku ke pahanya.
Aku tak kuasa menolaknya lagi pula aku senang, untung kaca mobilnya
gelap sehingga hanya Milena dan aku yang mengetahui apa yang diperbuat
oleh Maya kepadaku. “Dik kok kamu diam saja?”. Aku pura-pura bego
padahal aku sudah mengerti, “What the hell she wanted.”
Kemudian dia menyuruhku untuk mengerjai bagian vitalnya, dan kuturuti
saja kemauannya. Dia kini duduknya sudah tidak karuan seperti orang
ambeyen saja. Tiada keraguan lagi di dalam benakku untuk mengerjainya.
Pertama-tama kuraih kedua payudaranya yang sebesar buah mangga, lalu
kuremas dengan mesra dan dilanjutkan dengan meraba pahanya yang mulus
sehingga dia terengah-engah. Tidak puas dengan meraba, maka kulanjutkan
dengan menjilat bagian pahanya.
Jilatanku semakin panjang saja mulai dari lutut sampai ke paha lalu ke
arah “bukit surganya” yang masih terbungkus celana dalamnya. Tanpa
perintah, langsung kulepaskan celana dalamnya dan kini terlihat bukit
kemaluannya yang berwarna merah muda yang dikelilingi oleh rambut yang
tidak begitu lebat.
Kerongkonganku tiba-tiba kering tatkala melihat pemandangan yang begitu
indah. Maya merebahkan tubuhnya sambil membuka pahanya lebar-lebar di
atas jok. Tanpa buang waktu lagi kulanjutkan permainan setan ini.
Kujilati, kuciumi sambil kumasukkan telunjukku ke lubang senggamanya.
Maya menggeliat-geliat bagaikan cacing kepanasan sambil menjambak
rambutku dan mendesakkan wajahku ke arah alat vitalnya. Milena hanya
melihat perbuatan kami berdua sambil bersiul menirukan suara musik dari
tape mobil seakan tidak mempedulikanku yang bercumbu dengan Maya, ntar
juga dia kebagian.
Sambil terus menjilat, mencium, menyedot sambil kumasukkan jariku. Maya
pun seperti orang kesurupan, menggeliat ke sana sini. Oh, indah sekali
hari ini. Sekarang kugunakan telunjukku untuk mengutak-atik onderdil
yang ada di dalam liang senggamanya dan ibu jariku kutekan-tekan ke
klitorisnya. Lalu jilatan-jilatan kuarahkan ke sekitar belahan-belahan
memeknya.
Cara ini semakin membuat dia tersiksa kegelian tapi membawa kenikmatan
yang luar biasa. Rasa bau amis, mual dan asin bersatu dalam kenikmatan.
Aku memainkan dan menjilati liang senggama Maya yang indah itu.
Hampir 20 menit aku bermain di daerah kemaluan Maya. “Udah dulu Dik, Aku sudah tidak kuat..”
Hampir 20 menit aku bermain di daerah kemaluan Maya. “Udah dulu Dik, Aku sudah tidak kuat..”
Kemudian Maya bangkit dan memintaku supaya mengeluarkan batang
kejantananku. Dengan susah payah kukeluarkan milikku dan akhirnya
keluar. Kemaluanku yang sudah ereksi sejak pertama naik mobil dipegang
dengan mesra oleh Maya, lalu dimasukkan ke dalam mulutnya, sambil
menjilati. “Oh, nikmat benget Mbak.. terus Mbak.. oughh..” itulah
kata-kata yang keluar dari mulutku.
Maya yang sedang kesetanan terus-menerus memainkan senjataku yang
berkepala botak itu. Lendir yang keluar dari lubang pipisku pun terus
dia jilati. Enak sekail, tapi kalau aku konsentrasi ke sini terus
lama-kelamaan aku bisa keluar, maka kualihkan perhatianku pada persoalan
yang lain.
Hampir 20 menit Maya bermain dengan kemaluanku dan tak terasa kami sudah
sampai di villa milik Milena yang mewah. Maya merapikan rok dan
rambutnya yang acak-acakan tapi celana dalamnya di masukkan ke dalam
tas.
Gerbang terbuka secara otomatis lalu mobil masuk ke garasi, kami pun
keluar dari mobil dan masuk ke villanya. Maya terus saja memelukku dari
belakang sambil menjilati leherku, kemudian Maya membawaku ke kamar
Milena yang luas.
Di dalam kamar tersebut, Maya langsung membuka seluruh pakaiannya.
Begitu pula aku membuka seluruh pakaianku. Maya pun kini merebahkan
tubuhnya yang telah polos tanpa selembar benang pun di atas kasur yang
empuk lalu dia menginginkan agar posisiku di atas tubuhnya, dimana dia
akan mengerjai alat vitalku begitu juga sebaliknya. Kemudian kami pun
beraksi. Yess, nikmat.. enak.. oughh..” itulah kata-kata yang keluar
dari mulut kami berdua diserta desisan.
Tak lama kemudian Milena pun masuk sambil membawa segelas air susu,
segelas kuning telur bebek yang entah berapa jumlahnya dan dua botol
kratingdaeng. “Minum dulu Dik”, kata Milena, “Lalu kita lanjutkan.”
Kemudian aku mengambil segelas air susu, setelah itu gelas yang berisi
kuning telur bebek setelah habis baru satu botol kratingdaeng. Walaupun
perut ini sudah penuh tapi demi lancarnya daya dobrakku, ya kupaksakan
karena ini untuk kepuasan kita bertiga. Kemudian Milena memujiku, “Wah,
kamu mirip dengan aktor film x kesukaan Tante.. pasti kamu mainnya juga
hebat..”
Tante Milena yang berparas ayu, bibir agak tebal dan mata sayu
memandangiku dari wajah sampai ke arah kemaluanku. Lalu kuraih kepalanya
dan kuarahkan ke wajahku. Lalu bibir kami saling berpagutan. Aku yang
duduk telanjang di tepi ranjang sedangkan Tante Milena berdiri.
Maya yang sudah telanjang di belakangku tidak tinggal diam. Dia
menghampiri burungku. Okh, desahanku pun terdengar sambil bibir Tante
Milena bertautan dengan bibirku. Tanganku pun bergerilya melepaskan
pakaian yang dikenakan Milena.
Sesudah pakaian terbuka, kutarik BH-nya dan terlihat buah dada Milena
lebih besar dibandingkan dengan milik Maya. Maya kini sedang melumat
kejantananku sementara tangan kanannya meremas-remas biji pelirku dan
tangan kirinya memegang celana dalamku. Benar-benar pengalaman yang
fantastik bisa bercinta dengan dua wanita sekaligus.
Milena yang kini setengah telanjang meronta-ronta saat kujamah
payudaranya dan meremasnya mesra. Ini benar-benar hebat, suara gemercik
air ludah Maya yang mengulum kemaluanku dan desahan Tante Milena kini
mewarnai nuansa di kamar yang terhitung luas, jauh bila dibandingkan
dengan kamarku.
Andai aku tinggal di sini mungkin aku akan sangat berbahagia ditemani
dua wanita yang cantik, binal dan haus seks. Payudara besar milik Tante
Milena kuremas-remas dan yang satu kujilat, kulum dan kusedot-sedot
sambil tanganku berusaha melepaskan celana jeans Tante Milena yang
ketat.
Akhirnya Milena membuka celana jeans-nya sendiri sedangkan celana
dalamnya saya lepas dengan menggunakan gigiku. Woww, indah sekali barang
milik Milena. Milena meronta-ronta. Tanganku mulai nakal bersamaan
lidah, tanganku pun ingin bermain dengan memek Maya.
Desah Milena pun terdengar begitu memburu. Sementara itu Maya pun masih
sibuk bermain dengan kejantananku. Rupanya Maya pun sudah tak tahan
ingin suatu proses pengakhiran. “Ganti posisi dong..” bisik Milena
sambil naik ke atas ranjang.
“Woww, Dik masukin dong.. udah nggak kuat nich.. pengin ngerasain
punyamu..” desah Maya tertahan sambil membimbing batang kemaluanku
menuju liang senggamanya. Sementara itu Milena pun tidak ketinggalan,
dia mengangkangkan pantatnya kemudian dia dekatkan pada wajahku.
Wow, sungguh pemandangan yang indah tatkala liang senggama Milena tepat
berada di wajahku. Kesempatan ini tidak kusia-siakan, kujilat mesra
liang senggama Milena yang membuat Milena menggelinjang tanpa ampun.
Tak lama kemudian Maya pun mengikuti langkah Milena, mengarahkan lubang
senggamanya ke wajahku. Aku berada di bawah dua cewek yang haus seks.
Maya terlihat merem-melek, tatkala Milena mengangkat pantatnya untuk
berubah arah.
Dia yang tadi membelakangi Maya, kini mereka saling berhadapan. Kemudian
Milena pun menurunkan pantatnya ke arah wajahku, memeknya seakan
tersenyum kepadaku. Desisnya pun terdengar, “Woww, indah sekali..
nikmat.. enak..”
Dengan tenaga yang masih tersisa saya menawarkan pada Maya supaya
berganti posisi. Lima menit kemudian Maya dengan tenaga sisa berusaha
bangkit lagi kemudian dia menggoyangkan pinggulnya, kini Milena dan Maya
saling berhadapan di atas tubuhku yang di banjiri peluh, lalu mereka
saling berpelukan dan saling menjulurkan lidah masing-masing.
Mereka ternyata kalangan biseks tapi tidak masalah bagiku, ini merupakan
pengalaman baru bagiku. Maya kini menggeliat dan seluruh tubuhnya
kejang-kejang pertanda Maya akan mencapai orgasme untuk yang kedua
kalinya dan dia pun berbaring di samping kiriku.
“Sekarang bagianmu .. kamu maunya posisi yang gimana..?” bisikku mesra.
Rupanya Milena menginginkan posisi doggy style. Sambil mengangkat kaki
kirinya, kupandangi liang senggama Milena. Kupermainkan dulu liang
kewanitaannya dengan jariku. “Ooukh..” desahannya pun terdengar dan aku
senang pertanda di sedang dalam keadaan siap tempur.
Milena yang kini menungging semakin membuatku tak sabar, kemudian
kuarahkan batang kejantananku ke liang senggama Milena. dan.., “Bless..”
tanpa halangan yang berarti kejantananku menembus liang kemaluan
Milena. Sambil menyentakkan pantatku, kumainkan jariku di lubang
pantatnya. Milena mengeliat-geliat, rupanya letak kelemahannya terdapat
pada lubang yang mirip sumur itu.
Maya yang terkulai lemas hanya senyum-senyum saja, dia mengakui bahwa aku yang terbaik dari lawan-lawan yang pernah dia pakai.
Hampir 30 menit kukerjai milik Milena, rupanya Milena pun sudah
merasakan jenuh dengan permainan ini, dan sekarang dia memintaku untuk
memasukkan kajantanaku ke lubang pantatnya. Lalu kuarahkan rudalku ke
arah anusnya tapi sebelumnya kujilati dulu untuk melicinkan jalannya
penetrasiku.

Pertama belum berhasil, kemudian aku meminta bantuan Maya yang sedang
terkapar di sampingku untuk melumasi rudal yang belum berhasil mendobrak
lubang pantat Milena. Maya pun melakukannya, dia melumat rudalku dengan
lidahnya, kemudian dia mengulum dan menjilati batanganku sampai
terlihat licin lalu kucoba melakukan penetrasi lagi, kutekan pantatku.
1.. 2.. 3.. akhirnya aku berhasil menerobos lubang sumur Milena.
Milena pun merem-melek bagaikan anak yang sedang mengorek kupingnya
dengan bulu ayam, ini benar-benar luar biasa. Untung aku jalan-jalan
kalau tidak, mungkin yah takkan pernah merasakan gimana asyiknya bermain
dengan dua wanita sekaligus.
Hampir 24 menit kami melakukan anal seks, sampai akhirnya kami berada
pada puncaknya dan setelah itu kami pun tak berdaya. Aku dan Milena
terkapar lemas setelah menyemprotkan cairan nikmatku yang sangat banyak
ke lubang pantat Milena. Aku pun tertidur sambil memeluk kedua wanita
setengah baya tersebut.
0 comments:
Posting Komentar